Apa itu arsitektur Biologis?
Arsitektur Biologis
lebih memanfaatkan potensi alam berdasarkan pembangunan berwawasan lingkungan. Kualitas
dari arsitektur sulit diukur batasan antara arsitektur yang bermutu dan yang
tidak bermutu. Kualitas bisa dinilai dari bentuk bangunan serta konstruksi
namun kurang mementingkan kualitas penghuni yang dirasakan yang memungkinkan
ketertarikan terhadap arsitektur ini. Dalam Arsitektur
Biologis diupayakan dalam perancangan arsitektur memperhatikan aspek lingkungan serta
meningkatkan kualitas kehidupan.
Latar belakang
Arsitektur Biologis yang berkembang sekarang adalah beberapa tahun terakhir isu
dari pemanasan global dijadikan masalah yang disadari oleh banyak manusia
sekarang. Diantaranya adalah tidak seimbangnya ekosistem alam dari berbagai
fenomena. Sehingga berbagai pemimpin negara membahas permasalahan pemanasan
global ini dan berbagai komunitas serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli
terhadap lingkungan muncul dimana-mana. Salah satu yang ditempuh untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup adalah menciptakan bangunan yang ramah
lingkungan dari segi rancang bangun berupa desain atau material bangunannya. Bukan
untuk mengembangkan bangunan pencakar langit, namun memikirkan bangunan yang
ramah terhadap alam lingkungan sehingga muncul keseimbangan alam yang baik.
·
Arsitektur Tradisional merupakan Arsitektur Biologis
Arsitektur
ini cocok dengan iklim daerah setempat seperti di Indonesia. Contohnya adalah
rumah dipedalaman seperti di Irian Jaya suku Korowai di Merauke yaitu rumah
diatas pohon yang perencanaan bangunannya selaras dengan alam. Peralatan masih
berupa batu karang dan kayu. Penyelesaiannya selama 2 tahun dan bisa menampung
4-5 keluarga. Dinding rumah dibuat dari pelepah daun
nipah, pohon penghasil sagu. Alas rumah terbuat dari kulit kayu balsa yang
diserut menggunakan pisau karang.
Dan contoh lagi adalah
perkampungan di Bali menggambarkan keselarasan manusia dengan alam yang bentuk
bangunannya disesuaikan dengan aktivitas dab fungsi penghuni, bahan bangunannya
dari bahan alami dan dibentuk dengan bantuan konstruksi yang memperhatikan
iklim.
Rumah adat yang berbentuk
rumah pangggung salah satu contoh
arsitektur biologis zaman dahulu di Indonesia. Rumah adat ini sangat kokoh
dibandingkan dengan bangunan lain dibuktikan dengan peristiwa gempa yang pernah
terjadi, karena bobot bangunan ini ringan terbuat dari bambu dan kayu sehingga
kuat terhadap gempa. Pada era modern sekarang arsitektur biologis tidak harus
sama seperti bangunan rumah adat, lebih membuat rancangan bangunan yang efisien
terhadap sumber daya seperti listrik dan pendekatan ekologis seperti ramah
lingkungan, menjaga kelangsungan
ekosistem, energi efisien, menekan penggunaan sumber daya alam yang dapat
diperbarui dengan cara daur ulang.
Ahli biologi dan arsitek
Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, memikirkan bahwa setiap negara di
dunia kini berusaha membangun perumahan dan kota masa depan yang memperhatikan
masalah penyelamatan lingkungan. Pengotoran udara oleh industri dan kepadatan
penduduk di perkotaan sangat merugikan masyarakat di dunia. Arsitektur biologis
merupakan alternatif berguna meringankan kerusakan lingkungan akibat kemajuan
teknologi. Sebaiknya pembangunan lingkungan harus terdiri dari dinding dan atap
hidup yang menyediakan oksida dan energi.
Pendidikan arsitektur barat kurang
tepat diterapkan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda. Maka dari itu, arsitektur biologis lebih mudah
berkembang di Indonesia, arsitektur barat modern yang dibangun menggunakan
teknologi tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupan manusia dan lingkungan
alamnya. Arsitektur biologis sebenarnya dibangun dari pembangunan yang bersifat
biologis kemudian berakhir ke pemikiran baru yang lebih mendalam, bersifat
ekologis, alternatif dan menuju ke masa depan kehidupan, pendidikan dan
pemukiman yang seimbang dengan alam.
Pada
zaman dahulu untunk membangun rumah adat menggunakan bahan-bahan yang diambil
dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan sudah dipertimbangkan rancang
bangun yang dapat tahan oleh macam ancaman alam.
Konsep arsitektur biologis saat ini menjadi
lebih kontemporer. Arsitektur biologis mempergunakan teknologi alamiah untuk mengurangi
keadaan kritis alam yang sudah mulai terancam, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan yaitu berupa kerohanian, dan kualitas bangunan dengan bagian-bagian
material.
Bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk mewujudkan
arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti kayu, bambu,
rumbia, alang-alang dan ijuk. Perencanaan arsitektur biologis memperhatikan
konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan dibangun. Teknologinya sederhana,
bentuk bangunannya ditentukan rangkaian bahan bangunannya dan oleh fungsi
menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara membangunnya. Arsitektur
tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis.
·
Penerapan Arsitektur Biologis
Kualitas bangunan dengan menggunakan bagian bagian material dan rohani juga
menentukan kualitas lingkungan hidup manusia. Bahan-bahan bangunan yang
digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari
alam. Bahan bangunan dari alam yang dapat dibudidayakan lagi, digunakan dalam
arsitektur biologis, seperti contohnya kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan
ijuk. Bahan bangunan alamiah lainnya yang dapat digunakan lagi menjadi bangunan
alamiah adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam, sedangkan bahan
bangunan alam yang diproses oleh pabrik atau industri adalah batu artifisial
yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres
(batako).
Perencanaan arsitektur biologis memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan
tempat bangunan itu berada. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya.
Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah,
tanah liat dan lempung),berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah),
serta konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu).
Dalam
konsep arsitektur biologis lebih di arahkan untuk menjaga alam,perpaduan antara manusia dengan
alam artinya setiap bangunan yang akan di bangun tidak memiliki dampak negatif
terhadap alam dan dapat menciptakan suatu karya arsitektur yang ramah
lingkungan,
tahapan arsitektur biologis dapat tercapai apabila :
1.Penggunaan material yang ramah lingkungan
2.Membuat
solusi untuk mengatasi dampak negatif yang akan terjadi pada lingkungan sekitar.
Inovasi
dan terobosan baru pada arsitektur biologis adalah tema “Green Arsitektur” yang
ramah lingkungan dengan penghematan energi serta pemanfaatan lingkungan sebagai
patokan utama pada tema green arsitektur. Hal-hal yang mendukung green arsitek
adalah:
1.Pengolahan
air
Air hujan
mrupakan salah satu yang perlu
manajemen yang baik supaya tidak mengganggu kenyamanan. Air hujan dialirkan
melalui saluran-saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam lahan
sebelum diteruskan ke sistem drainase kota. Pengaliran air
dengan mengandalkan sistem
drainase kota terbukti sudah tidak efektif dalam mengelola air hujan. Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 merupakan bukti lemahnya sistem drainase kota menghadapi air
hujan.
Salah satu alternatif
pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori. Resapan biopori
meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna
tanah dan akar tanaman. Lubang resapan biopori adalah lubang silindris
yang berdiameter 10-30 cm yang
dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam
kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak
sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik
untuk memicu terbentuknya biopori.
2. Hijau dirumah
Desain rumah yang green architecture bisa diterapkan
dirumah. Kesatuan antara arsitektur bangunan rumah dan taman tentu harus
selaras. Untuk mendekatkan diri dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik
keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga ditarik
ke taman belakang atau ke taman samping, atau kamar mandi semi terbuka di taman
samping. Fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang. Ruang tamu atau ruang
keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah dan taman
mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan berteknologi
tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.
Arsitektur hijau pada dekorasi dan perabotan tidak
perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi,
kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan
berkualitas dan konstruksi lebih kuat, dan saluran air bersih. Keterbukaan
ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis. Ketinggian lantai yang cenderung
rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon
hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca,
glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai
skylight.
Prinsip-prinsip
Green Architecture
1.
Conserving Energy (Hemat Energi)
Lebih baik menjalankan secara operasional suatu
bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau
membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi untuk
mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara
mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk
memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. Memanfaatkan energi
matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik
dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan
atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur
dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal. Memasang
lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu
hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang
tertentu. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat
mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam
ruangan. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, bertujuan
untuk meningkatkan intensitas cahaya. Bangunan tidak menggunakan pemanas
buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk
melalui lubang ventilasi. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin
(AC) dan lift.
2. Working with Climate
(Memanfaatkan energi alami)kondisi dan sumber
Melalui pendekatan green architecture bangunan
beradaptasi dengan lingkungannya, dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam,
iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan,
misalnya dengan cara:
·
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
·
Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
·
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim.
Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
·
Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka
dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak
pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan
tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi,
bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara
sebagai berikut.
·
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain
yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
·
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu
pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
·
Menggunakan material lokal dan material yang tidak
merusak lingkungan.
4. Respect for User
(Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan green architecture harus memperhatikan
kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New
Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan
material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada
akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur
lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan
menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan.
Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena
saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat
mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi
yang ada di dalam site.
KONSEP ARSITEKTUR
HIJAU (GREEN ARCHITECTURE)
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan
bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau
yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap,
interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. Dalam contoh
kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Yang
paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan
lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall.
Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman
merambat. Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain,
arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian
energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap
kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi,
operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh
berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau.