KRITIK ARSITEKTUR TERUKUR
Kritikus modern mencakup
kaum profesi atau juga amatir secara teratur memberikan pendapat atau
menginterpretasikan seni pentas atau karya lain dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka,
sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus ini banyak jumlahnya di berbagai bidang,
termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan
penerbitan ilmiah.
Kritik Arsitektur Terukur merupakan sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan secara baik secara
kuantitatif. Metode kritik melihat dari segi ukuran serta besaran ruang yang
digunakan dalam sebuah bangunan dengan acuan standarisasi dengan bangunan
lainnya. Serta juga dapat mengacu pada standarisasi yang telat ditetapkan dalam
Data Arsitektur (Neufert Architect’s Data) dan Time Saver.
HAKIKAT METODAKRITIK TERUKUR
- Kritik Pengukuran menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu.
- Norma pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini sebagai bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.
- Pengolahan melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi.
- Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
- Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa : Ukuran batas minimum atau maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisi-kondisi yang dikehendaki. Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif : Batas maksimal ketinggian bangunan, sempadan bangunan, Luas terbangun, ketinggian pagar yang diijinkan
- Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma. Contoh : Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga.
- Norma atau standard yang digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada ukuran minimum/maksimum, kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
- Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
Tujuan Teknis ( Technical
Goals)
Tujuan Fungsi ( Functional
Goals)
Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
TUJUAN TEKNISMETODE KRITIK TERUKUR
• Kesuksesan
bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis
Contoh : Sekolah,
dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu
dilakukan adalah :
1.
Stabilitas Struktur
• Daya tahan
terhadap beban struktur
• Daya tahan
terhadap benturan
• Daya dukung
terhadap beban yang melekat terhadap bahan
• Ketepatan
instalasi elemen-elemen yang di luar sistem
2.
Ketahanan Permukaan Secara Fisik
• Ketahanan permukaan
• Daya tahan
terhadap gores dan coretan
• Daya serap dan
penyempurnaan air
3.
Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
• Kebersihan dan
ketahanan terhadap noda
• Timbunan debu
TUJUAN FUNGSIMETODE KRITIK TERUKUR
Berkait pada
penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus
dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas
Pertimbangan
yang diperlukan :
• Keberlangsungan
fungsi dengan baik
• Aktifitas khusus
yang perlu dipenuhi
• Kondisi-kondisi
khusus yang harus diciptakan
•
Kemudahan-kemudahan penggunaan,
• Pencapaian dan sebagainya.
TUJUAN PERILAKUMETODE KRITIK TERUKUR
Bangunan tidak
saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik
tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu dan Kognisi mental
yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan.
Behaviour Follow Form
• Lozar (1974), Measurement
Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man-
Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association,
menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang
relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :
Persepsi
Visual Lingkungan Fisik
• Menunjuk pada
persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual
tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
Sikap
umum terhadap aspek lingkungan fisik
• Hal ini mengarah
pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek
atau situasi
• Hal ini dapat
dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan
lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
Perilaku
yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
• Dalam skala luas
definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti :
Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
• Dalam skala
kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin
atau penutup permukaan.
• Teknik
pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang
sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi
langsung, observasi rangsangan sensor.
Kelebihan Kritik Terukur
- Metodenya terukur secara kuantitatif. Memiliki Pertimbangan yang diperlukan dalam tujuan fungsi metode kritik terukur.
Kekurangan Kritik Terukur
- Kegiatan pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruknya hal tersebut, tetapi mengkritik biasanya lebih cenderung dikaitkan dengan hal-hal yang dinilai kurang baik atau buruk.
CONTOH ARSITEKTUR TERUKUR
Menara Pinisi (Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM)
Menara Pinisi adalah Gedung Pusat Pelayanan Akademik
Universitas Negeri Makassar. Gedung ini memiliki 17 lantai. Gedung ini memiliki ketinggian 97,50 meter, masing-masing lantai bangunan ini memiliki tinggi 3,5 meter sudah merupakan standart tinggi minimal
suatu ruangan. Dirancang oleh arsitek Yu Sing, Benyamin K narkan, Eguh Murthi Pramono, Iwan Gunawan.
KONSEP DESAIN
Konsep Desain mengambil lokalitas bangunan tradisonal setempat. Di ambil dari kekayaan budaya Makssar dan nilai nilai filosofi arsitektur tradisional yang di kombinasi arsitektur masa kini.
Konsep Desain mengambil lokalitas bangunan tradisonal setempat. Di ambil dari kekayaan budaya Makssar dan nilai nilai filosofi arsitektur tradisional yang di kombinasi arsitektur masa kini.
Konsep dasar bangunan Menara Pinisi ini didesain sebagai ikon baru bagi UNM,
kota Makassar, dan sekaligus Sulawesi Selatan. Eksplorasi desain GPPA UNM
mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu
makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi
Selatan (Sulapa Eppa / empat persegi),sertamaha karya Perahu Pinisi sebagai
simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan
detail-detail solusi desain yang bersumber pada kearifan lokal, dipercaya mampu
membentuk lingkungan kampus masa kini yang berkelas internasional.
GPPA UNM sebagai icon baru yang merupakan gedung tinggi pertama di
Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, merupakan ekspresi
futuristik aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangunan
Pusat Pelayanan Akademik UNM merupakan perwujudan dari serangkaian makna,
fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok
arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM
menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM
Seperti pada Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga teriri dari 3 bagian:
Bagian bawah berupa kolong/panggung.
Bagian kolong ini posisinya terletak 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitarnya. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan.
Bagian badan berupa podium.
Podium terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air.
Bagian kepala berupa menara.
Menara terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu Pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.
Seperti pada Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga teriri dari 3 bagian:
Bagian bawah berupa kolong/panggung.
Bagian kolong ini posisinya terletak 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitarnya. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan.
Bagian badan berupa podium.
Podium terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air.
Bagian kepala berupa menara.
Menara terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu Pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.
1. BADAN
Bangunan Podium memiliki denah yang berbentuk trapesium dengan sisi miringnya
menghadap ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring merupakan respon
terhadap sudut lahan dan juga sebagai strategi untuk memperpanjang fasad
bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar bangunan. Orang di luar lahan
akan selalu melihat bangunan secara perspektif untuk meningkatkan kualitas
visual ruang kota. Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4
bagian sesuai dengan simbol falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan yang
terdiri dari empat persegi (makna 4 unsur/kesadaran manusia akan diberikan
metafora ke dalam bagian bangunan yang lainnya).
- Bangunan terbelah menjadi 4 bagian, bentuk tersebut terinspirasi dari deretan perahu pinisi yang berada di pinggir pantai.
- Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara, terdapat void kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang dengan di kelilingi ramp. Void kosong di bagian tengah merupakan metafora dari lingkaran berwarna terang di pusat logo UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk mengalirkan uap kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan, merupakan yang metafora 3 layar segitiga yang menghadap ke arah void.
- Bangunan podium juga merupakan metafora dari unsur tanah dan air. Dinding bangunan podium berupa kaca reflektor sinar matahari yang berwarna kecoklatan seperti warna tanah, dengan sirip-sirip penahan matahari yang terbuat dari stainless steel yang memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini juga didesain sebagai bagian dari façade bangunan dengan pola ombak.
2. KEPALA
Bangunan
menara memiliki denah berbentuk trapesium simetris, dengan façade pada kedua
sisi miringnya pada sisi utara dan selatan menggunakan sistem struktur HIPERBOLIC
PARABOLOID. Untuk membentuk suatu expresi yang dinamis, maka Fasad menara
dibuat merotasi secara ritmik. Dengan menggunakan sistem hiperbolic paraboloid
tersebut, fasad menara merupakan metafora dari layar utama perahu pinisi.
Kanopi-kanopi horisontal pada façade sisi Utara dan Selatan ini dapat juga
berfungsi sebagai photovoltaic untuk mengkonversikan energi matahari menjadi
energi listrik. Pada fasad sisi Barat dan Timur menara terdapat dinding ornamen
3 dimensi yang terbentuk dari rangkaian bidang-bidang segitiga, sebagai penahan
matahari. Bentuk bangunan menara menjadi semakin atraktif karena memiliki
bentuk visual yang berlainan bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pada
puncak menara terdapat rangkaian pipa yang berirama yang dapat difungsikan juga
sebagai menara telekomunikasi. Bangunan menara juga merupakan metafora dari
unsur angin dan api. Fasad layar mewakili unsur angin, sedangkan puncak menara
merupakan penyederhanaan dari bentuk lidah api.
3. KAKI
Bangunan kaki terdiri dari 2 bagian yaitu bagian landasan dan kolong,
sebagai berikut :
- Landasan merupakan 1 lantai semi besmen yang berfungsi sebagai area parkir dan servis. Bagian landasan ini didesain seolah-olah terletak di bawah lansekap yang ditinggikan sampai 2 meter, membentuk pagar alami sekeliling lahan. Seluruh lahan di sekeliling bangunan difungsikan sebagai hutan universitas. Di depan landasan bagian Barat terdapat danau buatan yang berbentuk segitiga dengan kolam-kolam yang berundak. Danau buatan ini berfungsi sebagai kolam penyaringan alami dari air hujan dan air kotor bekas pakai yang akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih untuk penyiraman toilet dan taman.
- Bagian kolong merupakan ruang terbuka di bawah podium sebagai ruang sosialisasi bersama. Ketinggiannya 1,5 kali ketinggian lantai lainnya untuk memberikan kesan luas dan lega. Di lantai ini terdapat fungsi kantin kampus yang sifatnya semi terbuka. Bagian landasan yang menghadap ke arah kampus eksisting didesain sebagai amphitheater dengan tangga-tangga sebagai tempak duduk di sepanjang sisi Timur bangunan.
KONSEP HEMAT ENERGI
Bangunan ini pun memiliki konsep hemat energi, memaksimalkan energi yang
di hasilkan dari alam. Dan diantaranya adalah bagian bagian sistem yang di
fungsikan sebagai pendingin suhu agar lebih sejuk dan memberi kesan ketenangan,
sebagai berikut :
- Panggung,
- Lorong angin,
- Kolam,
- Danau buatan, berfungsi sebagai sistem penyaringan air kotor dan air hujan untuk digunakan kembali.
- Taman atap (di atas podium),
- Hutan universitas dan ventilasi silang bangunan
Sistem pemanfaatan
cahaya alami, sebagai berikut :
- Bangunan yang terbelah-belah memungkinkan cahaya alami dapat menerangi semua ruang dalam.
- Sirip-sirip secondary skin dan kaca reflektor matahari mengurangi radiasi panas matahari langsung.
- Kanopi-kanopi photovoltaic pada fasad bagian samping menara
- Dan kincir angin vertikal (pada taman atap podium) sebagai sumber energi listrik berkelanjutan. Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic yang dapat langsung digunakan sebagai energi pendingin ruangan / AC tanpa melalui konversi menjadi energi listrik. Dengan demikian tidak akan ada energi yang terbuang di dalam proses konversi energi.
KONSEP RAMAH LINGKUNGAN
Seiring kebutuhan lingkungan yang mengharuskan untuk pelestarian
lingkungan maka bangunan ini di usahakan untuk menunututnya sebagai bangunan
yang ramah lingkungan. Selain itu mengoptimalkan desain untuk mendugkung proses
belajar dan sosialisai dengan nyaman pun perlu di lakukan, dengan memaksimalkan
lahan sekeliling bangunan GPPA UNM untuk di manfaatkan sebagai
lansekap. Berikut adalah elemen lansekap yang di bangun :
1. Hutan kampus di sekeliling bangunan GPPA UNM, hutan kampus dengan berbagai jenis pohon peneduh antara lain berfungsi sebagai berikut:
1. Hutan kampus di sekeliling bangunan GPPA UNM, hutan kampus dengan berbagai jenis pohon peneduh antara lain berfungsi sebagai berikut:
- Penyaring debu dan kebisingan suara dari jalan dan lingkungan sekitar.
- Sumber penghasil Oksigen dan penyerap polutan.
- Pembentuk ekosistem baru bagi berbagai burung, kupu-kupu, atau serangga lainnya.
- Pagar pembatas alami antara jalan / orang luar dengan bangunan / penghuni kampus.
2. Pemisahan
antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki.
3. Parkir dan drop off kendaraan diletakkan pada lantai semi besmen, jalan penghubung antara kampus eksisting dengan GPPA UNM dialihfungsikan menjadi jalur pedestrian dengan pohon-pohon peneduh di kiri-kanannya.
4. Danau buatan dan kolam elips, elemen mediatif dapat timbul dari percikan air kolam.
5. Ruang terbuka bersama, ruang yang terletak di bawah podium di fungsian sebagai ruang terbuka bersama yang dilengkapi dengan kantin kampus, berbagai tempat duduk-duduk, tempat belajar, dan fasilitas hot spot.
6. Teater terbuka.
7. Amphitheatre sebagai penghubung antara ruang terbuka bersama dengan kampus eksisting. Amphitheatre ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan berbagai pertunjukkan seni dan budaya atau acara informal lainnya.
8. Taman atap.Taman di atas atap podium sebagai ruang meditasi dan sumber inspirasi, yang juga turut membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan mengembalikannya sebagai ruang hijau.
3. Parkir dan drop off kendaraan diletakkan pada lantai semi besmen, jalan penghubung antara kampus eksisting dengan GPPA UNM dialihfungsikan menjadi jalur pedestrian dengan pohon-pohon peneduh di kiri-kanannya.
4. Danau buatan dan kolam elips, elemen mediatif dapat timbul dari percikan air kolam.
5. Ruang terbuka bersama, ruang yang terletak di bawah podium di fungsian sebagai ruang terbuka bersama yang dilengkapi dengan kantin kampus, berbagai tempat duduk-duduk, tempat belajar, dan fasilitas hot spot.
6. Teater terbuka.
7. Amphitheatre sebagai penghubung antara ruang terbuka bersama dengan kampus eksisting. Amphitheatre ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan berbagai pertunjukkan seni dan budaya atau acara informal lainnya.
8. Taman atap.Taman di atas atap podium sebagai ruang meditasi dan sumber inspirasi, yang juga turut membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan mengembalikannya sebagai ruang hijau.